Source: https://m.antaranews.com/berita/2134906/suka-duka-belajar-daring-saat-pandemi-covid-19
PATI - Haryanto, selaku Bupati Pati, pada 11 Februari 2022 mengeluarkan Surat Edaran (SE) nomor 440/426, yang isinya tentang penghentian sementara pelaksanaan pembelajaran tatap muka di Kabupaten Pati. Keputusan tersebut berlaku sejak Senin, 14 Februari 2022 sampai dengan kondisi yang dinyatakan aman. Hal tersebut disebabkan karena semakin meningkatnya kasus positif Covid-19 dari kalangan siswa, guru, dan masyarakat, dan juga munculnya beberapa cluster baru pada satuan pendidikan di Pati, (15/2/2022).
Siti Asnatun, salah seorang wali murid SDN (Sekolah Dasar Negeri) Sambilawang, adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus pedagang. Ia menyatakan bahwa proses pembelajaran daring kurang efektif diterapkan pada jenjang SD (Sekolah Dasar). Menurutnya, pembelajaran akan lebih efektif jika dilakukan secara langsung atau tatap muka, agar siswanya dapat memahami dengan jelas ketika guru menerangkan. Sedangkan jika dilaksanakan secara daring banyak anak yang tidak mengikuti dan tidak mendengarkan.
Selain itu, ia juga mengeluhkan sulitnya mengoperasikan aplikasi-aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring. “Kalau saya sendiri masih ada beberapa aplikasi yang kurang paham seperti Google Meet, Zoom, Classroom dan lain sebagainya. Namun, ketika saya tidak paham sama sekali, saya akan berusaha semaksimal mungkin supaya anak saya dapat mengikuti pembelajaran daring dengan cara bertanya kepada tetangga saya yang sudah kuliah, tentang bagaimana cara mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut. Supaya anak saya tidak ketinggalan sekolahnya," ujar Siti.
Hal yang serupa juga dirasakan oleh ibu rumah tangga lain. Uswatun, merasakan sedih dan kecewa saat mendengar bahwa sekolah akan kembali dilaksanakan secara daring. "Rasanya sangat sedih dan kecewa, kenapa? karena saya seorang ibu rumah tangga dan seorang penjahit. Lalu, sekarang harus jadi guru dadakan lagi buat anak-anak saya. Terus apa gunanya vaksin buat anak-anak yang akhirnya harus daring lagi?” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengeluhkan sulitnya mengajar anak yang sudah terbiasa dengannya, apalagi anak laki-laki yang lebih cenderung sesuka hatinya saat belajar. Dan ia juga harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan mengajar anak di rumah. "Pekerjaan rumah yang seharusnya saya kerjakan setiap hari seperti mencuci baju, sekarang bisa saya kerjakan 2 hari sekali bahkan 3 hari sekali. Karena kalau tidak begitu anak saya akan ketinggalan pelajaran, apalagi anak saya laki-laki, jadi harus serba ekstra," imbuhnya.
Reporter: Ima
Editor: AEL dan Tika